Latest News
Tradisi Menanam 111 Pohon Setiap 1 Bayi Perempuan Lahir
Posted by beye
on
Sabtu, 03 Agustus 2013
, under
unik
|
komentar (0)
Desa Piplantri di India punya tradisi unik. Setiap kelahiran bayi perempuan, penduduk menanam 111 pohon. Dan lebih jauh, kita bukan hanya terinspirasi oleh gerakan penghijauan dan menghargai kaum perempuan. Ada banyak lagi yang bisa dipelajari.
Kisahnya berawal oleh rasa berkabung Shyam Sundar Paliwal saat putrinya, Kiran berpulang. Rasa duka ini justru menimbulkan gagasan agar masyarakat lebih menghargai kaum perempuan dan anak-anak, terutama anak perempuan. Di India, kekerasan terhadap kaum perempuan begitu tinggi. Perkosaan, pembunuhan, dan pelecehan lain sering terjadi.
Kisahnya berawal oleh rasa berkabung Shyam Sundar Paliwal saat putrinya, Kiran berpulang. Rasa duka ini justru menimbulkan gagasan agar masyarakat lebih menghargai kaum perempuan dan anak-anak, terutama anak perempuan. Di India, kekerasan terhadap kaum perempuan begitu tinggi. Perkosaan, pembunuhan, dan pelecehan lain sering terjadi.
indiapulse.sulekha.com |
Kekuatiran terhadap pemanasan global sedikit banyak juga memengaruhi kondisi lingkungan di desa Piplantri. Akhirnya, Paliwal pun menggagas agar penduduk desanya menanam 111 pohon setiap bayi perempun dilahirkan. Dengan cara inilah masyarakat bisa tetap menjaga lingkungan tetap hijau. Penanaman pohon juga menjadi simbol agar lebih menghormati kaum perempuan.
"Kami juga membuat para orang tua menandatangani perjanjian, akan menikahkan putri mereka di usia legal, menyekolahkan mereka, serta menjaga pohon yang mereka tanam atas nama putri mereka," papar Paliwal.
Bagi mereka, menanam pohon atas kelahiran sang anak akan sangat bermanfaat bagi masa depan anak-anaknya. Oleh karena itu mereka menanam ratusan pohon buah-buahan. Selain itu, mereka juga mengumpulkan uang bagi si kecil sejumlah $ 380 atau sekitar Rp 3,8 juta.
"Kami juga membuat para orang tua menandatangani perjanjian, akan menikahkan putri mereka di usia legal, menyekolahkan mereka, serta menjaga pohon yang mereka tanam atas nama putri mereka," papar Paliwal.
Bagi mereka, menanam pohon atas kelahiran sang anak akan sangat bermanfaat bagi masa depan anak-anaknya. Oleh karena itu mereka menanam ratusan pohon buah-buahan. Selain itu, mereka juga mengumpulkan uang bagi si kecil sejumlah $ 380 atau sekitar Rp 3,8 juta.
www.ucanindia.in |
Ada 8000 penduduk di desa Piplantri, dan setidaknya 60 bayi perempuan dilahirkan setiap tahun. Tradisi 111 pohon ini sendiri telah berlangsung lebih dari 6 tahun. Artinya, sudah banyak pohon yang ditanam. Tak hanya itu, jumlah pohon semakin bertambah dengan diberlakukannya peraturan lain, yakni menanam 11 pohon setiap ada penduduk yang meninggal.
Patut diketahui, guna menjaga kelangsungan hidup setiap pohon dari penebang liar, masyarakat juga menanam lidah buaya di sekeliling pepohonan yang ada. Bisa dibayangkan, kini begitu banyak tumbuhan tersebut di desa Piplantri. Hal ini mendatangkan peluang baru bagi penduduk.
"Kini penduduk membuat dan memasarkan produk dari hasil olahan lidah buaya," ungkap Paliwal. Ya, tradisi 111 pohon telah mendatangkan banyak manfaat bagi mereka. Apakah Anda terinspirasi membuat gerakan serupa?
Patut diketahui, guna menjaga kelangsungan hidup setiap pohon dari penebang liar, masyarakat juga menanam lidah buaya di sekeliling pepohonan yang ada. Bisa dibayangkan, kini begitu banyak tumbuhan tersebut di desa Piplantri. Hal ini mendatangkan peluang baru bagi penduduk.
"Kini penduduk membuat dan memasarkan produk dari hasil olahan lidah buaya," ungkap Paliwal. Ya, tradisi 111 pohon telah mendatangkan banyak manfaat bagi mereka. Apakah Anda terinspirasi membuat gerakan serupa?
Sumber:
thehindu
thehindu
Hati-hati Bila Berenang, Ada Amuba Pemakan Otak di Dalam Air
Posted by beye
on , under
artikel
|
komentar (0)
PAM - primary amebic meningoencephalitis, adalah satu jenis penyakit meningitis yang mematikan, disebabkan oleh amuba yang disebut Naegleria fowleri. Amuba ini menyerang otak korban dan memakannya. Organisme bersel tunggal ini hidup di dalam air.
Kasus PAM memang terbilang langka, namun sebaiknya membuat kita lebih waspada. Naegleria fowleri bisa ditemukan di sungai atau danau yang hangat. Lalu masuk ke tubuh manusia melalui hidung dan melewati saraf penciuman menuju otak. Amuba ini menghancurkan jaringan otak.
Kasus PAM memang terbilang langka, namun sebaiknya membuat kita lebih waspada. Naegleria fowleri bisa ditemukan di sungai atau danau yang hangat. Lalu masuk ke tubuh manusia melalui hidung dan melewati saraf penciuman menuju otak. Amuba ini menghancurkan jaringan otak.
stillwater.patch.com |
Kasus terbaru seperti dilansir Livescience, Rabu, Juli memuat laporan tentang Kali Hardig, seorang anak yang berenang di Willow Springs Water Park di Little Rock, Arkansas. Beberapa jam setelah itu, Kali muntah-muntah. Dia terus menangis dan mengeluh kepalanya sakit.
Ibunya, Traci Hardig panik bukan kepalang melihat putrinya yang berusia 12 tahun demam dan tak bisa diredakan. “Dia hanya melotot memandangi saya, dan bola matanya berputar-putar,” kisah sang ibu. Ia pun langsung membawa Kali ke rumah sakit. Saat ini kondisinya masih koma.
Dari uji laboratorium dan pemeriksaan lainnya, Kali diketahui menderita meningitis aneh. Rupanya, selaput otaknya digerogoti amuba pemakan otak—penyebab meningitis yang sangat langka itu.
Departemen Kesehatan Arkansas dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (US Centers for Disease Control and Prevention/CDC) ikut turun tangan. “Berdasarkan investigasi yang sedang berlangsung, sumber yang paling mungkin infeksi adalah Willow Springs Water Park,” demikian pernyataan tertulis Departemen Kesehatan Arkansas.
Departemen Kesehatan menjelaskan, pada 2010, ada kasus PAM yang terkait dengan Willow Springs Water Park. Karena itu, mereka meminta pengelola tempat wisata air itu menutup Willow Springs guna menjamin kesehatan dan keselamatan publik.
Kasus di Florida
Courtney Nash, gadis 16 tahun asal Florida, terinfeksi saat berenang di anak Sungai St. Johns pada 3 Agustus 2011. Remaja ini merasakan sakit kepala hebat dan sempat dirawat di rumah sakit. Nahas, nyawa Nash tidak tertolong.
Ibunya, Traci Hardig panik bukan kepalang melihat putrinya yang berusia 12 tahun demam dan tak bisa diredakan. “Dia hanya melotot memandangi saya, dan bola matanya berputar-putar,” kisah sang ibu. Ia pun langsung membawa Kali ke rumah sakit. Saat ini kondisinya masih koma.
Dari uji laboratorium dan pemeriksaan lainnya, Kali diketahui menderita meningitis aneh. Rupanya, selaput otaknya digerogoti amuba pemakan otak—penyebab meningitis yang sangat langka itu.
Departemen Kesehatan Arkansas dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (US Centers for Disease Control and Prevention/CDC) ikut turun tangan. “Berdasarkan investigasi yang sedang berlangsung, sumber yang paling mungkin infeksi adalah Willow Springs Water Park,” demikian pernyataan tertulis Departemen Kesehatan Arkansas.
Departemen Kesehatan menjelaskan, pada 2010, ada kasus PAM yang terkait dengan Willow Springs Water Park. Karena itu, mereka meminta pengelola tempat wisata air itu menutup Willow Springs guna menjamin kesehatan dan keselamatan publik.
Kasus di Florida
Courtney Nash, gadis 16 tahun asal Florida, terinfeksi saat berenang di anak Sungai St. Johns pada 3 Agustus 2011. Remaja ini merasakan sakit kepala hebat dan sempat dirawat di rumah sakit. Nahas, nyawa Nash tidak tertolong.
samaa.tv |
Kasus di Lousiana
Pria asal Louisiana berumur 20-an tahun tewas pada Agustus 2011. Dua bulan sebelumnya, pria yang tidak disebut identitasnya itu membilas hidungnya di keran kecil rumahnya. Beberapa hari kemudian, dia terserang demam, lalu meninggal. Peneliti dari Departemen Kesehatan menemukan amuba dalam sistem air di rumah korban. Makhluk mikroskopis itu, ujar mereka, hanya ada di rumah, tidak di seluruh jaringan air kota.
Sepanjang 2001-2010, CDC mencatat 32 kasus infeksi PAM di Amerika. Dari jumlah itu, 32 penderita meninggal. Dua puluh delapan dari mereka terinfeksi ketika berenang di perairan. Tiga orang lainnya terinfeksi ketika terkontaminasi air keran kala membersihkan hidungnya.
Kasus di Pakistan.
Kasus infeksi Naegleria fowleri ternyata tak hanya dijumpai di Amerika. Pada 10 Oktober 2012, pemerintah Pakistan menyelidiki kasus infeksi amuba pemakan otak yang membunuh 10 orang dalam kurun waktu empat bulan di Karachi.
Pria asal Louisiana berumur 20-an tahun tewas pada Agustus 2011. Dua bulan sebelumnya, pria yang tidak disebut identitasnya itu membilas hidungnya di keran kecil rumahnya. Beberapa hari kemudian, dia terserang demam, lalu meninggal. Peneliti dari Departemen Kesehatan menemukan amuba dalam sistem air di rumah korban. Makhluk mikroskopis itu, ujar mereka, hanya ada di rumah, tidak di seluruh jaringan air kota.
Sepanjang 2001-2010, CDC mencatat 32 kasus infeksi PAM di Amerika. Dari jumlah itu, 32 penderita meninggal. Dua puluh delapan dari mereka terinfeksi ketika berenang di perairan. Tiga orang lainnya terinfeksi ketika terkontaminasi air keran kala membersihkan hidungnya.
Kasus di Pakistan.
Kasus infeksi Naegleria fowleri ternyata tak hanya dijumpai di Amerika. Pada 10 Oktober 2012, pemerintah Pakistan menyelidiki kasus infeksi amuba pemakan otak yang membunuh 10 orang dalam kurun waktu empat bulan di Karachi.
Waspada bila suhu air hangat - 80 Fahrenheit |
Sehubungan dengan kasus Nash di Florida, pemerintah setempat memperingatkan perenang untuk menjauhi air yang tergenang. “Pakai klip hidung atau pencet hidung Anda saat melompat atau keluar dari air kala berenang,” begitulah isi pesan tersebut. Menurut mereka, menutup lubang hidung dapat mengurangi kesempatan terinfeksi.
Infeksi amuba ini tidak menular dan menyebar dengan cepat. Makhluk itu membunuh korbannya dalam beberapa hari. "Sangat sulit mengobatinya. Kebanyakan orang mati karena itu," kata dr Raoult Ratard, ahli epidemiologi Negara Bagian Louisiana.
Infeksi amuba ini tidak menular dan menyebar dengan cepat. Makhluk itu membunuh korbannya dalam beberapa hari. "Sangat sulit mengobatinya. Kebanyakan orang mati karena itu," kata dr Raoult Ratard, ahli epidemiologi Negara Bagian Louisiana.
Sumber:
tempo
tempo
Karya Lukisan Unik Dengan Ms Excel Oleh Pak Tua 73 Tahun
Posted by beye
on
Jumat, 02 Agustus 2013
, under
unik
|
komentar (0)
Angkat topi untuk Tatsua Horiuchi. Usianya memang sudah sangat senja, 73 tahun, tetapi soal kreativitas tetap mengejutkan. Lihat lukisan di bawah ini. Begitu rinci dan khas lukisan Jepang. Hebatnya, lukisan ini dibuat hanya menggunakan Ms Excel.
Kita mungkin harus menginstall software ilustrasi guna membuat lukisan seperti ini. Nyatanya bagi Horiuchi, keterbatasan bukan halangan untuk berkarya. Sepuluh tahun lalu ia berencana membeli program Adobe yang memang khusus untuk ilustrasi (keluarga Adobe: Illustrator, Photoshop, inDesign, dll .red), Sayang harganya sangat mahal. Uangnya hanya cukup membeli Ms Office - termasuk Ms Excel di dalamnya.
Tak kenal putus asa, Horiuchi pun mulai mengutak-atik Ms Excel. Ia menggunakan tools autoshape Excel, membuat bentuk sendiri, memilih warna, tekstur, hingga bisa menciptakan berbagai elemen dalam karya seninya.
Tak kenal putus asa, Horiuchi pun mulai mengutak-atik Ms Excel. Ia menggunakan tools autoshape Excel, membuat bentuk sendiri, memilih warna, tekstur, hingga bisa menciptakan berbagai elemen dalam karya seninya.
Di tahun 2006, lukisannya menjadi juara pada kompetisi Autoshape Excel. Setelah itu, Horiuchi pun menjadi terkenal. Ia menawarkan tutorial bagi peminat yang ingin belajar melukis dengan Excel. Karya ciptaannya pun diminati pembeli.
Ya, lelaki renta ini telah mengajarkan kita, bahwa yang penting adalah "a man behind the gun".
Ya, lelaki renta ini telah mengajarkan kita, bahwa yang penting adalah "a man behind the gun".
Sumber:
weirdasianews
weirdasianews
Penemuan Baru: Baterai Ponsel Bertenaga Urine
Posted by beye
on
Kamis, 01 Agustus 2013
, under
iptek
|
komentar (0)
Para peneliti dari The University of Bristol dan Bristol Robotics Laboratory mengatakan telah menciptakan sel bahan bakar yang menggunakan bakteri pengurai kandungan urine sehingga bisa menghasilkan listrik.
Tim itu meneliti bakteri pada anoda serat karbon dan menempatkannya dalam tabung-tabung keramik.
Tim itu meneliti bakteri pada anoda serat karbon dan menempatkannya dalam tabung-tabung keramik.
Bakteri yang menguraikan urine itu bisa lolos dari tabung, membentuk area listrik yang lalu disimpan di sebuah kapasitor.
Ieropoulos mengatakan sel yang seukuran aki mobil itu nantinya bisa diterapkan di banyak aplikasi.
"Sejauh ini mikroba penghasil bahan tenaga bakar yang kami kembangkan menghasilkan cukup tenaga untuk pengiriman SMS, web browsing dan melakukan panggilan telepon singkat. Konsepnya sudah diuji dan berhasil, sekarang tugas kami adalah mengembangkan dan memperbaiki (sistem) sehingga bisa mengisi penuh baterai," kata Ioannis Ieropoulos, salah seorang peneliti.
Ieropoulos mengatakan sel yang seukuran aki mobil itu nantinya bisa diterapkan di banyak aplikasi.
"Sejauh ini mikroba penghasil bahan tenaga bakar yang kami kembangkan menghasilkan cukup tenaga untuk pengiriman SMS, web browsing dan melakukan panggilan telepon singkat. Konsepnya sudah diuji dan berhasil, sekarang tugas kami adalah mengembangkan dan memperbaiki (sistem) sehingga bisa mengisi penuh baterai," kata Ioannis Ieropoulos, salah seorang peneliti.
"Tak seorang pun pernah memanfaatkan sumber tenaga dari urine, jadi bisa melakukan itu merupakan penemuan yang menyenangkan. Keindahan sumber bahan bakar ini adalah kita tidak tergantung pada sifat tak menentu angin atau matahari; kami cuma menggunakan kembali limbah untuk menciptakan energi."
Hasil penelitian itu dipublikasikan dalam jurnal the Royal Society of Chemistry berjudul Physical Chemistry Chemical Physics.
Hasil penelitian itu dipublikasikan dalam jurnal the Royal Society of Chemistry berjudul Physical Chemistry Chemical Physics.
Sumber:
beritasatu.
beritasatu.
NFC Ring, Inilah Inovasi Cincin Pintar Pengendali Gadget
Posted by beye
on
Rabu, 31 Juli 2013
, under
iptek
|
komentar (0)
Seorang pria asal Inggris mengembangkan sebuah cincin dengan dua chip near-field communication (NFC) yang terpasang di dalamnya.
Cincin bernama NFC Ring itu memungkinkan penggunanya mengendalikan smartphone, membuka pintu serta mentransfer data.
NFC Ring tidak membutuhkan baterai ataupun di-charge. John McLear, pengembang di proyek ini, juga tengah mengembangkan software open-source untuk pemrograman cincin tersebut.
"Anda bisa menggunakan cincin NFC Ring untuk membagi informasi Wi-Fi, link di website, dan lain-lain untuk trablet maupun smartphone," jelas McLear, seperti dilansir Pocket-lint.
Sumber:
kickstarter.
Penemuan Teknologi Suara Kini Bisa Mengangkat Benda
Posted by beye
on , under
iptek
|
komentar (0)
Penemuan-penemuan baru semakin mencengangkan beberapa tahun terakhir. Kini, para ilmuwan sudah bisa mengangkat benda hanya dengan bantuan suara.
Pengangkatan benda (levitasi) dengan gelombang suara sebenarnya sudah dikenal sejak beberapa dekade lalu. Para ilmuwan menggunakan transducer untuk memproduksi gelombang suara dan reflektor untuk memantulkan gelombang sehingga menghasilkan gelombang transversal.
Pengangkatan benda (levitasi) dengan gelombang suara sebenarnya sudah dikenal sejak beberapa dekade lalu. Para ilmuwan menggunakan transducer untuk memproduksi gelombang suara dan reflektor untuk memantulkan gelombang sehingga menghasilkan gelombang transversal.
thedailydigest.org |
"Gelombang transversal adalah gelombang yang dihasilkan seperti saat Anda memetik gitar. Senar bergerak naik dan turun, namun terdapat dua titik yang akan selalu tetap," ujar Daniele Foresti, insinyur mesin di ETH Zurich di Swiss sekaligus penulis pendamping dari studi tersebut.
Dengan menggunakan gelombang transversal, para ilmuwan dapat mengangkat setetes kecil cairan. Sayangnya dalam metode sebelumnya gelombang hanya mampu mengangkat benda yang relatif kecil. Cairan yang diangkat pun akan melayang secara terpisah. Benda tidak dapat dipindahkan dengan metode ini.
Dengan menggunakan gelombang transversal, para ilmuwan dapat mengangkat setetes kecil cairan. Sayangnya dalam metode sebelumnya gelombang hanya mampu mengangkat benda yang relatif kecil. Cairan yang diangkat pun akan melayang secara terpisah. Benda tidak dapat dipindahkan dengan metode ini.
io9.com |
Berdasarkan risetnya, Foresti memperkenalkan metode baru yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences. Foresti dan rekan-rekannya merancang transducer mini yang cukup kuat untuk mengangkat benda berat namun cukup kecil untuk dapat dikemas. Sistem baru ini dapat mengangkat benda berat dan menyediakan kontrol yang cukup sehingga cairan dapat dicampur tanpa terpecah menjadi tetesan-tetesan kecil.
Metode ini memungkinkan manusia memanipulasi obyek yang sedang melayang tanpa perlu menyentuhnya. Teknik ini sangat membantu untuk membuat campuran kimia ultra murni tanpa kontaminasi.
Telinga manusia memiliki batas toleransi dalam mendengarkan suara. Frekuensi suara yang akan mengganggu pendengaran manusia adalah sebesar 160 desibel atau setara dengan suara jet yang sedang lepas landas. Namun dalam percobaan ini, frekuensi suara yang digunakan hanyalah sebesar 24 kilohertz. Besaran ini sedikit berada di atas ambang frekuensi bunyi yang mampu didengar manusia pada umumnya.
Sumber:
kompas
Metode ini memungkinkan manusia memanipulasi obyek yang sedang melayang tanpa perlu menyentuhnya. Teknik ini sangat membantu untuk membuat campuran kimia ultra murni tanpa kontaminasi.
Telinga manusia memiliki batas toleransi dalam mendengarkan suara. Frekuensi suara yang akan mengganggu pendengaran manusia adalah sebesar 160 desibel atau setara dengan suara jet yang sedang lepas landas. Namun dalam percobaan ini, frekuensi suara yang digunakan hanyalah sebesar 24 kilohertz. Besaran ini sedikit berada di atas ambang frekuensi bunyi yang mampu didengar manusia pada umumnya.
Sumber:
kompas
Kulit Pisang Ternyata Bisa Diolah Jadi Tisu
Posted by beye
on
Selasa, 30 Juli 2013
, under
tips
|
komentar (0)
Pisang memang benar-benar tumbuhan multi guna. Sebuah penemuan baru dari Univeristas Negeri Yogyakarta bisa menyulap kulit pisang jadi bahan baku pembuatan tisu.
Ridhani, ketua tim peneliti dari Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta memberi alasan pemilihan kulit pisang, "Kulit pisang memiliki tekstur yang tebal dan mengandung selulosa, merupakan bahan pembuatan tisu."
Ridhani, ketua tim peneliti dari Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta memberi alasan pemilihan kulit pisang, "Kulit pisang memiliki tekstur yang tebal dan mengandung selulosa, merupakan bahan pembuatan tisu."
Selain itu, menurut dia, kulit pisang juga memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan lemak yang cukup baik, sehingga memiliki banyak manfaat untuk kulit, seperti menghilangkan jerawat dan kutil kecil, menyembuhkan psoriasis, dan membantu luka menjadi kering lebih cepat.
Proses pembuatan
Kulit pisang dicuci bersih dengan akuades, kemudian diiris kecil-kecil dengan pisau sesuai dengan kebutuhan. Ketika mengiris kulit pisang sebaiknya mengenakan sarung tangan.
Selanjutnya semua irisan kulit pisang dikeringkan dengan sinar matahari di atas nyiru, kemudian mencampurkan kulit pisang kering, air, dan kristal NaOH dalam panci.
Proses selanjutnya adalah merebus campuran bahan-bahan tersebut dalam panci besar sekitar 1,5 jam, kemudian menghilangkan NaOH dengan mencuci sampai bersih agar tidak meninggalkan bau dari larutan pemasaknya. Lalu direndam dengan larutan kaporit selama satu jam, dicuci lagi dengan air bersih hingga bau kaporit hilang. Akhirnya menghaluskan adonan lunak tersebut dengan blender.
Proses selanjutnya mencampurkan talcum sebanyak 1,5 kilogram dalam adonan dan mengencerkan adonan atau "pulp" agar dapat diproduksi kertas yang tipis, kemudian adonan halus itu dituangkan ke dalam baskom lebar.
"Letakkan spons di atas meja, kemudian menaruh kain yang sudah dibasahi di atasnya, menyaring campuran (jangan terlalu tebal) di baskom memakai 'screen' sablon," papar Jovita.
Selanjutnya, meletakkan "screen" sablon di atas spon yang sudah dilapisi kain dengan posisi terbalik, menggosok sedikit "screen" dan mengangkatnya dengan hati-hati, kemudian menutup dengan kain yang sudah dibasahi, menambah satu lapis lagi kain basah.
Kemudian angkat sepasang demi sepasang dan menjemur di tempat yang panas. Lalu setrika sepasang demi sepasang dan membuka kainnya secara perlahan. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji ketahanan tarik, uji ketebalan, dan gramatur atau berat dasar kertas tisu. Selesai, deh...
Proses pembuatan
Kulit pisang dicuci bersih dengan akuades, kemudian diiris kecil-kecil dengan pisau sesuai dengan kebutuhan. Ketika mengiris kulit pisang sebaiknya mengenakan sarung tangan.
Selanjutnya semua irisan kulit pisang dikeringkan dengan sinar matahari di atas nyiru, kemudian mencampurkan kulit pisang kering, air, dan kristal NaOH dalam panci.
Proses selanjutnya adalah merebus campuran bahan-bahan tersebut dalam panci besar sekitar 1,5 jam, kemudian menghilangkan NaOH dengan mencuci sampai bersih agar tidak meninggalkan bau dari larutan pemasaknya. Lalu direndam dengan larutan kaporit selama satu jam, dicuci lagi dengan air bersih hingga bau kaporit hilang. Akhirnya menghaluskan adonan lunak tersebut dengan blender.
Proses selanjutnya mencampurkan talcum sebanyak 1,5 kilogram dalam adonan dan mengencerkan adonan atau "pulp" agar dapat diproduksi kertas yang tipis, kemudian adonan halus itu dituangkan ke dalam baskom lebar.
"Letakkan spons di atas meja, kemudian menaruh kain yang sudah dibasahi di atasnya, menyaring campuran (jangan terlalu tebal) di baskom memakai 'screen' sablon," papar Jovita.
Selanjutnya, meletakkan "screen" sablon di atas spon yang sudah dilapisi kain dengan posisi terbalik, menggosok sedikit "screen" dan mengangkatnya dengan hati-hati, kemudian menutup dengan kain yang sudah dibasahi, menambah satu lapis lagi kain basah.
Kemudian angkat sepasang demi sepasang dan menjemur di tempat yang panas. Lalu setrika sepasang demi sepasang dan membuka kainnya secara perlahan. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji ketahanan tarik, uji ketebalan, dan gramatur atau berat dasar kertas tisu. Selesai, deh...
Sumber:
plasa.msn.
plasa.msn.
Mitos dan Fakta, Bangsa Viking Ternyata Penemu Benua Amerika
Posted by beye
on , under
artikel
|
komentar (0)
Seperti apa kita mengenal bangsa Viking? Sosok pejuang dengan helm bertanduk? Penghancur dan perampok yang ditakuti? Dan sejauh mana eksplorasi kekuatan maritim mereka?
Bangsa Viking dikenal sebagai kaum penakluk di dataran Eropa sekitar abad ke-8 hingga 11 Masehi. Battle of Hasting di tahun 1066 tercatat dalam sejarah sebagai perang besar terakhir bangsa ini - walau tak menutup kemungkinan ada perang lain bila bukti arkeolog ditemukan.
Bangsa Viking dikenal sebagai kaum penakluk di dataran Eropa sekitar abad ke-8 hingga 11 Masehi. Battle of Hasting di tahun 1066 tercatat dalam sejarah sebagai perang besar terakhir bangsa ini - walau tak menutup kemungkinan ada perang lain bila bukti arkeolog ditemukan.
Penggambaran Viking yang salah, mereka tak memakai helm bertanduk untuk berperang |
Selama periode tersebut, mereka memang menjadi pelaut-pelaut ulung. Banyak kisah yang menggambarkan kekejaman mereka ternyata penuh bumbu dongeng belaka. Meskipun menjarah dan membumi-hanguskan banyak desa, bangsa Viking juga terlibat dalam misi perdagangan termasuk bermukim di tempat-tempat baru. Mulai dari Inggris, Skotlandia, Irlandia, Normandia hingga Islandia.
Mitos yang paling populer adalah helm bertanduk. Kita sering melihat gambar-gambar seorang pejuang Viking selalu mengenakan helm bertanduk di atas kepala. Dan ini jadi stigma soal bangsa Viking.
Nyatanya, helm bertanduk hanya digunakan pada periode-periode awal dan khusus saat melakukan upacara keagamaan mereka. Jadi, ketika berperang dan menjelajah laut, helm mereka biasa saja tanpa tanduk yang mengerikan.
Ada satu fakta yang bisa merubah paradigma kita, sehubungan dengan Amerika. Banyak bukti arkeolog ditemukan bangsa Viking 500 tahun lebih awal menginjakan kaki di Amerika dibanding Columbus.
Pada tahun 986, Bjarni Herjolfsson meninggalkan perkampungan Viking di Norwegia dengan tujuan Islandia. Ia medengar cerita bahwa ayahnya yang pergi lebih dahulu dengan rombongan pelaut yang dipimpin Erik The Red dan berhasil mencapai sebuah wilayah yang hijau dan subur, disebut Greenland.
Mitos yang paling populer adalah helm bertanduk. Kita sering melihat gambar-gambar seorang pejuang Viking selalu mengenakan helm bertanduk di atas kepala. Dan ini jadi stigma soal bangsa Viking.
Nyatanya, helm bertanduk hanya digunakan pada periode-periode awal dan khusus saat melakukan upacara keagamaan mereka. Jadi, ketika berperang dan menjelajah laut, helm mereka biasa saja tanpa tanduk yang mengerikan.
Ada satu fakta yang bisa merubah paradigma kita, sehubungan dengan Amerika. Banyak bukti arkeolog ditemukan bangsa Viking 500 tahun lebih awal menginjakan kaki di Amerika dibanding Columbus.
Pada tahun 986, Bjarni Herjolfsson meninggalkan perkampungan Viking di Norwegia dengan tujuan Islandia. Ia medengar cerita bahwa ayahnya yang pergi lebih dahulu dengan rombongan pelaut yang dipimpin Erik The Red dan berhasil mencapai sebuah wilayah yang hijau dan subur, disebut Greenland.
Bjarni mulai berlayar saat musim dingin tiba. Cuaca buruk dan berkabut menghempas kapalnya hingga jauh dari tujuan. Sampai akhirnya ia berhasil menemukan daratan, tapi berbeda dengan cerita yang didengarnya. Daerah ini bergunung-gunung. Akhirnya ia melepas sauh lagi dan berlayar menuju Timur sampai akhirnya mencapai Greenland dan bertemu koloni Erik The Red.
Putra Erik, Leif Eriksson tertarik dengan kisah Bjarni. Apalagi saat musim dingin di Greenland sangat susah mencari kayu. Sementara Erik berkata, pulau yang pernah dikunjungi saat tersesat lebih hijau dan alamnya lebih bersahabat.
Dengan kapal milik Bjarni, Leif mengajak 35 orang bersamanya berlayar mencari pulau yang dikisahkan tersebut. Akhirnya Leif dan rombongan berhasil mencapai Pulau Baffin (Kanada bagian Timur Laut). Tapi tempat ini banyak gletsyer. Lalu mereka berlayar lebih jauh hingga mencapai pantai berpasir putih yang indah. Di sinilah mereka berlabuh, dan menamakan tempat tersebut Marklandia (The Forest Land).
Rombongan Leif terus menjelajah wilayah tersebut sampai menemukan tempat terbaik untuk membangun koloni, yang akhirnya dinamai Vinlandia (The Wine Land) karena salah seorang anggota rombongan menemukan pohon anggur. Sayangnya, setelah beberapa waktu, koloni tersebut kembali pulang ke Greenland.
Kisah ini sempat menjadi misteri selama berabad-abad. Sampai di tahun 1960 dan 1970-an para arkeolog menemukan reruntuhan rumah di Newfoundland (L'Anse Aux Meadows village). Mereka juga menemukan artefak-artefak berbahan logam yang diperkirakan berasal dari tahun 1000 M.
Tahun 90-an, arkeolog juga menemukan artefak dari batu dan dikenali sebagai bagian dari peninggalan jaman Viking. Berbagai bukti ini semakin menguatkan bahwa bangsa Viking telah lebih dulu menginjakkan kaki di Amerika. Hanya tersisa pertanyaan yang masih membingungkan peneliti, mengapa Leif dan rombongannya tidak menetap di Amerika (Kanada) padahal alam di sini jauh lebih bersahabat dibanding Greenland.
Putra Erik, Leif Eriksson tertarik dengan kisah Bjarni. Apalagi saat musim dingin di Greenland sangat susah mencari kayu. Sementara Erik berkata, pulau yang pernah dikunjungi saat tersesat lebih hijau dan alamnya lebih bersahabat.
Dengan kapal milik Bjarni, Leif mengajak 35 orang bersamanya berlayar mencari pulau yang dikisahkan tersebut. Akhirnya Leif dan rombongan berhasil mencapai Pulau Baffin (Kanada bagian Timur Laut). Tapi tempat ini banyak gletsyer. Lalu mereka berlayar lebih jauh hingga mencapai pantai berpasir putih yang indah. Di sinilah mereka berlabuh, dan menamakan tempat tersebut Marklandia (The Forest Land).
Rombongan Leif terus menjelajah wilayah tersebut sampai menemukan tempat terbaik untuk membangun koloni, yang akhirnya dinamai Vinlandia (The Wine Land) karena salah seorang anggota rombongan menemukan pohon anggur. Sayangnya, setelah beberapa waktu, koloni tersebut kembali pulang ke Greenland.
Kisah ini sempat menjadi misteri selama berabad-abad. Sampai di tahun 1960 dan 1970-an para arkeolog menemukan reruntuhan rumah di Newfoundland (L'Anse Aux Meadows village). Mereka juga menemukan artefak-artefak berbahan logam yang diperkirakan berasal dari tahun 1000 M.
Tahun 90-an, arkeolog juga menemukan artefak dari batu dan dikenali sebagai bagian dari peninggalan jaman Viking. Berbagai bukti ini semakin menguatkan bahwa bangsa Viking telah lebih dulu menginjakkan kaki di Amerika. Hanya tersisa pertanyaan yang masih membingungkan peneliti, mengapa Leif dan rombongannya tidak menetap di Amerika (Kanada) padahal alam di sini jauh lebih bersahabat dibanding Greenland.
Sumber:
visitdenmark.
visitdenmark.
Ternyata Saat Bulan Purnama, Waktu Tidur Berkurang
Posted by beye
on , under
artikel
|
komentar (0)
Dalam Jurnal Current Biologi, para peneliti mengemukakan jam tidur manusia berkurang mengikuti siklus bulan. Awalnya, diketahui siklus bulan - disebut circalunar clock - memengaruhi serangga dan reptil. Belakangan, ternyata juga berpengaruh pada manusia.
"Siklus lunar tampaknya mempengaruhi tidur manusia, bahkan ketika seseorang tidak 'melihat' bulan dan tidak menyadari fase bulan yang sebenarnya," kata rekan penulis studi Christian Cajochen, dari University of Basel di Swiss.
"Siklus lunar tampaknya mempengaruhi tidur manusia, bahkan ketika seseorang tidak 'melihat' bulan dan tidak menyadari fase bulan yang sebenarnya," kata rekan penulis studi Christian Cajochen, dari University of Basel di Swiss.
livescience.com |
Pada proses penelitian, Cajochen dan timnya empelajari 33 relawan di laboratorium. Sementara mereka tidur, pola subyek 'otak, gerakan mata, dan sekresi hormon dipantau.
Hasil analisis menunjukkan bahwa sekitar bulan purnama, para relawan tidur kurang dan aktivitas otak mereka yang berhubungan dengan tidur nyenyak turun 30 persen.
Mereka juga butuh waktu sekitar lima menit lebih lama untuk tertidur dan menunjukkan berkurangnya melatonin - hormon yang dikenal untuk mengatur siklus tidur dan bangun.
Malcom von Schantz, peneliti tidur dan sirkadian di University of Surrey di Inggris, menyebut temuan-temuan baru "menarik" karena menimbulkan kontradiksi baru terhadap penelitian sebelumnya yang gagal menemukan hubungan antara bulan dan perilaku manusia.
"Pada dasarnya, setiap laporan yang diterbitkan sampai saat ini telah gagal untuk menunjukkan hubungan yang signifikan antara fase bulan dan sejumlah parameter perilaku dan fisiologis," kata von Schantz. dalam sebuah email kepada national geographic.
Bukti kearifan lokal
jaman dulu, saat bulan purnama bumi lebih terang benderang. Orang-orang keluar rumah dan bermain. Di beberapa wilayah bumi, bulan purnama juga menjadi saat tepat untuk berburu. Selain itu, waktu tidur dikurangi agar lebih waspada terhadap kedatangan hewan buas.
"ketika ada lebih banyak cahaya saat purnama, potensi bahaya dari predator lebih mungkin terjadi," pendapat Cajochen. Ya, penelitian pada akhirnya memahami tradisi yang berlaku dari nenek moyang secara turun-temurun.
Hasil analisis menunjukkan bahwa sekitar bulan purnama, para relawan tidur kurang dan aktivitas otak mereka yang berhubungan dengan tidur nyenyak turun 30 persen.
Mereka juga butuh waktu sekitar lima menit lebih lama untuk tertidur dan menunjukkan berkurangnya melatonin - hormon yang dikenal untuk mengatur siklus tidur dan bangun.
Malcom von Schantz, peneliti tidur dan sirkadian di University of Surrey di Inggris, menyebut temuan-temuan baru "menarik" karena menimbulkan kontradiksi baru terhadap penelitian sebelumnya yang gagal menemukan hubungan antara bulan dan perilaku manusia.
"Pada dasarnya, setiap laporan yang diterbitkan sampai saat ini telah gagal untuk menunjukkan hubungan yang signifikan antara fase bulan dan sejumlah parameter perilaku dan fisiologis," kata von Schantz. dalam sebuah email kepada national geographic.
Bukti kearifan lokal
jaman dulu, saat bulan purnama bumi lebih terang benderang. Orang-orang keluar rumah dan bermain. Di beberapa wilayah bumi, bulan purnama juga menjadi saat tepat untuk berburu. Selain itu, waktu tidur dikurangi agar lebih waspada terhadap kedatangan hewan buas.
"ketika ada lebih banyak cahaya saat purnama, potensi bahaya dari predator lebih mungkin terjadi," pendapat Cajochen. Ya, penelitian pada akhirnya memahami tradisi yang berlaku dari nenek moyang secara turun-temurun.
Sumber:
nationalgeographic.
nationalgeographic.