Akhirnya Misteri Batu Bergerak di Death Valley Terkuak
Jumat, 21 Juni 2013
, Posted by beye at 09.13
Batu bergerak di Death Valley National Park, California selama ini menjadi misteri. Apa penyebabnya dan mengapa bisa bergerak sendiri? Apakabardunia juga pernah memuat kisah ini beberapa bulan lalu (lihat kembali artikel: kok batu bisa bergerak sendiri ). Disebutkan sebelumnya, meski berbobot berat, batu-batu itu dapat berpindah tempat di danau kering Racetrack Playa. Bahkan meninggalkan jejak dalam di lumpur kering itu.
Orang-orang semakin dibuat penasaran karena jejak yang dihasilkan bermacam-macam. Ada yang membentuk kurva sepanjang 250 meter, ada juga yang menciptakan garis lurus. Sementara ini hipotesa yang berkembang adalah, debu yang memindahkan batu-batu seberat ratusan kilogram tersebut. Sementara peneliti lain percaya, angin kencang yang melintasi danaulah penyebab batu meluncur di tanah. Tapi tak ada satu pun dari teori itu yang memiliki penjelasan ilmiah.
Orang-orang semakin dibuat penasaran karena jejak yang dihasilkan bermacam-macam. Ada yang membentuk kurva sepanjang 250 meter, ada juga yang menciptakan garis lurus. Sementara ini hipotesa yang berkembang adalah, debu yang memindahkan batu-batu seberat ratusan kilogram tersebut. Sementara peneliti lain percaya, angin kencang yang melintasi danaulah penyebab batu meluncur di tanah. Tapi tak ada satu pun dari teori itu yang memiliki penjelasan ilmiah.
iliketowastemytime.com |
Pada 2006, Ralph Lorenz, ilmuwan NASA menyelidiki kondisi cuaca di Saturnus dan kemudian membandingkannya dengan yang terjadi di Death Valley itu. Lorenz pun mengambil sampel Ontario Lacus, danau hidrokarbon yang luas di Titan, salah satu satelit Saturnus. Kemudian ia bandingkan dengan kondisi meteorologi Death Valley. Lorenz lalu membuat model percobaan menggunakan wadah Tupperware. Model itu untuk melihat bagaimana bebatuan Death Valley meluncur di permukaan danau.
"Saya mengambil batu kecil dan memasukkannya dalam Tupperware itu serta mengisinya dengan air. Sehingga ada satu inci air dengan sedikit batu mencuat," kata Lorenz.
Setelah meletakkan wadah di dalam kotak pendingin atau freezer di lemari es, terbentuklah batu kecil yang tertanam di dalam lapisan es. Batu yang terikat lapisan es tipis itu ia letakkan di atas lapisan pasir. Lalu Lorenz meniup batu dengan lembut, supaya bergerak di air. Ketika batu bergerak, maka tergoreslah jejak di lapisan pasir.
Tim peneliti Lorenz menghitung, dalam kondisi musim dingin di Death Valley, kadar air dan es bisa membuat batuan terapung di atas bagian berlumpur. Dan angin sepoi-sepoi dapat menggerakkan bebatuan itu hingga meninggalkan jejak di lumpur.
"Saya mengambil batu kecil dan memasukkannya dalam Tupperware itu serta mengisinya dengan air. Sehingga ada satu inci air dengan sedikit batu mencuat," kata Lorenz.
Setelah meletakkan wadah di dalam kotak pendingin atau freezer di lemari es, terbentuklah batu kecil yang tertanam di dalam lapisan es. Batu yang terikat lapisan es tipis itu ia letakkan di atas lapisan pasir. Lalu Lorenz meniup batu dengan lembut, supaya bergerak di air. Ketika batu bergerak, maka tergoreslah jejak di lapisan pasir.
Tim peneliti Lorenz menghitung, dalam kondisi musim dingin di Death Valley, kadar air dan es bisa membuat batuan terapung di atas bagian berlumpur. Dan angin sepoi-sepoi dapat menggerakkan bebatuan itu hingga meninggalkan jejak di lumpur.
Sumber:
tempo
tempo
Currently have 0 komentar: